Sebuah video pendek yang berisi informasi dibukanya fasilitas lapangan padel di Madinah, Arab Saudi, mulai muncul di media sosial. Hal ini mungkin bagian dari upaya Saudi untuk memperbanyak saluran pemasukan mereka sebagai alternatif dari ekonomi minyak yang selama ini memotori keuangan negara itu. Sebagai negara yang lama mengais pundi-pundi dari aktivitas tambang, Saudi mafhum bahwa sektor ekonomi yang mengeruk isi bumi tidak akan tahan lama.
Proyeksi untuk membuat kota bisnis dan hiburan bernama NEOM sudah dilakukan sejak bertahun-tahun lalu dengan target mewujudkan Visi Saudi 2030. Bahkan promosi NEOM sudah sering muncul lewat papan iklan yang mejeng di stadion sepak bola dalam banyak pertandingan level internasional.
Mulai bermunculannya fasilitas olahraga kekinian semacam padel di Arab Saudi rupanya dengan cepat direspons oleh para pengusaha biro perjalanan umroh di tanah air. Beberapa promosi paket perjalanan umroh kini ditambah dengan aktivitas bermain padel. Bahkan ada pula yang turut menyertakan kegiatan bermain sepak bola serta nonton bareng pertandingan sepak bola Real Madrid atau FC Barcelona yang akan berlaga di Arab Saudi dalam paket perjalanan umroh.
Fenomena munculnya paket perjalanan umroh dengan permaianan padel atau nonton bareng sepak bola mungkin bisa dilihat sebagai sebuah perubahan ekspresi sosial keagamaan di kalangan kaum muda. Jika generasi sebelumnya lebih menyukai paket perjalanan umroh dengan tambahan perjalanan ziarah ke Palestina atau ke negara Timur Tengah lain, kini muncul tren baru yang menawarkan hal berbeda.
Kehadiran tawaran paket perjalanan umroh plus padel atau nonton bareng sepak bola ini bisa saja menjadi penanda tengah terjadinya pergeseran nilai sosial di tengah masyarakat. Adanya perubahan-perubahan besar dalam bidang teknologi dan dinamika sosial yang terjadi pada beberapa waktu belakangan, cepat atau lambat akan berpengaruh juga pada pembentukan ekspresi sosial, termasuk pada cara generasi muda dalam mengekspresikan orientasi sosial-keagamaan mereka.
Dalam data World Values Survey yang dirilis tahun 2023, Indonesia termasuk dalam kategori negara dengan kecenderungan traditional dan survival values. Kecenderungan memegang traditional values maksudnya adalah menempatkan agama, lembaga keluarga, dan nasionalisme sebagai nilai penting dalam kehidupan. Kemudian maksud dari survival values adalah kecenderungan untuk menempatkan persoalan ekonomi dan keamanan sebagai prioritas disertai dengan pandangan etnosentris dan tingkat kepercayaan dan toleransi antar warga yang relatif rendah.
Data survei ini disusun berdasarkan kategorisasi yang dirancang oleh Ronald Ingelhart dan Christian Welzel dalam Modernization, Cultural Change, and Democracy: The Human Development Sequence (2005). Ingelhart dan Welzel membagi budaya sosial masyarakat menjadi traditional vs secular dan survival vs self-expression. Mengikuti pemetaan model ini, Indonesia digolongkan sebagai negara religius dan konservatif.
Meskipun demikian, ternyata ekspresi religius kaum muda mungkin sedikit berbeda dengan generasi yang lebih tua. Pilihan anak muda dalam mengekspresikan religiusitas di ruang publik tengah mengalami pergeseran. Dalam rilis Indikator Politik tahun 2021 tentang pilihan organisasi atau perhimpunan misalnya, generasi berusia 17-21 tahun lebih banyak memilih tergabung dalam perhimpunan olahraga ketimbang aktif dalam organisasi keagamaan atau perhimpunan agama seperti majelis taklim. Sebanyak 20% anak muda Gen Z (kelahiran 1997-2012) dalam survei tersebut mengaku sebagai anggota atau terafiliasi dengan klub olahraga.
Turunnya minat anak muda pada organisasi atau perhimpunan keagamaan tidak berarti bahwa mereka mulai menganggap agama tidak begitu penting. Dalam survei yang dilakukan ISEAS akhir 2024 bertajuk Youth and Civic Engagment in Southeast Asia, sebanyak 95,3% pemuda berusia 18-24 tahun di Indonesia menganggap agama adalah hal penting dalam kehidupan mereka. Dengan demikian, mungkin dapat dikatakan bahwa ekspresi keagamaan anak muda semakin menjadi wilayah privat, sementara dalam interaksi sosial mereka mengalami penurunan minat pada perkumpulan agama. Kaum muda tetap memandang penting agama sebagai bagian dari aspek personal mereka, tetapi tidak merasa perlu untuk menjadikannya sebagai sebuah ekspresi sosial yang terang di hadapan publik.
Menurut Burhanuddin Muhtadi, kaum muda saat ini lebih tertarik untuk bergabung dengan organisasi yang dapat membangun modal sosial, memungkinkan mereka berjejaring dengan beragam latar belakang yang berbeda. Hal ini menjadikan mereka lebih toleran dan terbuka ketimbang generasi lebih tua yang banyak aktif di organisasi dengan fokus memperkuat ikatan sosial dari latar belakang tradisionalnya yang biasanya homogen.
Jika hal ini dikaitkan kembali dengan pemetaan budaya Ingelhart dan Welzel, pilihan anak muda kini mungkin masih tergolong tradisional namun lebih mementingkan ekspresi diri (self-expression). Mereka menjadi generasi yang memberi perhatian tinggi pada lingkungan, memiliki toleransi yang tinggi, peka terhadap kesetaraan gender, serta punya kesadaran untuk aktif dalam isu kebijakan ekonomi dan politik.
Munculnya iklan-iklan ibadah umroh dengan paket perjalanan yang menyertakan kegiatan bermain padel atau menonton pertandingan klub sepak bola barangkali bisa dibaca sebagai bentuk ekspresi sosial-keagamaan baru di kalangan muda. Digunakannya media sosial sebagai medium utama promosi, secara cukup jelas menunjukkan bahwa iklan ini menyasar anak muda. Mereka yang masih punya gairah spiritual namun dalam aspek sosial lebih menginginkan berbaur dengan banyak lingkaran sosial di luar identitas kultural mereka.
Maka tidak mengherankan bila agenda pendamping di sela ibadah umroh, kaum muda masa kini lebih memilih aktivitas olahraga seperti bermain padel atau pergi ke stadion menonton Real Madrid. Karena dalam forum olahraga mereka bisa bertemu dan menjalin hubungan bukan hanya dengan sesamanya, namun bisa dengan kelompok sosial lain. Hal ini berbeda dengan generasi sebelumnya yang lebih senang dengan aktivitas ziarah sebagai pendamping perjalanan umroh yang biasanya lebih memperkuat ikatan sosial dalam kelompok.